.

Cartoon Toad Jumping Up and Down

Selasa, 17 Maret 2015

TAHAPAN KELUARGA KE 7



A.   ORANG TUA PARUH BAYA
                 Tahap ke 7 dari siklus kehidupan keluarga. Merupakan tahap masa pertengahan pada orang tua. Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua berusia sekitar 45-55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan. Biasanya 16-18 tahun kemudian, biasanya pasangan baru di tahun-tahun pertengahan mereka merupakan keluarga inti, walaupun tetap berinteraksi dengan orang tua lansia mereka an dengan anggota keluarga lain dari keluarga asalnya. Dan dengan keluarga baru yang di dapat dari pernikahan anak cucu (keturunan) mereka. Pasangan pasca menjadi orang tua saat ini tidak lagi terisolasi, sremakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi melaksanakan kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu lebih. Banyak dalam fase paska parental, dengan perluasan hubungan kekeluargaan antara 4 generasi bukanlah hal yang jarang (Roth. 1996 a)
     Tahun pertengahan keluarga meliputi perubahan dalam penyesuaian pernikahan (sering kali semakin baik). Dalam distribusi pengaruh antara suami dan istri (lebih terbagi) dan dalam peran (termasuk perbedaan peran pernikahan) (Leslie dan Orman, 1989). Bagi sebagian besar keluarga dengan peningkatan kepuasan dan setatus ekonomi (Rolins dan feldman, 1970). Tahun-tahun ini terlihat sebagai tahun terbaik dalam kehidupan. Kelas menengah, keluarga utuh, menemukan bahwa kepuasan pernikahan dan keluarga serta kualitas kehidupan meningkat dan mencapai puncaknya selama fase ini. Keluarga paruh baya, secara umum juga lebih baik secara ekonomi di bandingkan dengan tahap lain dalam riwayat keluarga peningkatan partisipasi tenaga kerja oleh wanita dan semakin tingginya perolehan kekuasaan oleh pria darin periode sebelumnya menjadi faktor yang ikut andil dalam peningkatan keamanan ekonomi yang di alami oleh sebagian besar keluarga di masa pertengahan. Aktifitas dan kebersamaan waktu luang yang di rasa menyenangkan  bagi setiap pasangan telah di sebut-sebut sebagai faktor utama yang memicu faktor kebahagiaan pernikahan. Kepuasan sexsual juga secara positif hubungan dengan komunikasi yang lebih dan kepuasaan pernikahan, walaupun suami paruh baya dapat mengalami penurunan kemampuan sexual. Komunikasi intim suami istri sangat penting untuk mempertahankan pemahaman dan ketertarikan satu sama lain di sepanjang tahun-tahun ini.
                 Akan tetapi, bagi beberapa pasangan, tahun-tahun ini secara umum di rasakan sebagai tahun-tahun yang sulit dan sukar karena masalah penuaan, kehilangan anak, dan perasaan bahwa mereka adalah orang tua yang gagal menjadi orang tua dan dalam  hal pekerjaan. Beberapa penelitian mengenai kepuasan pernikahan menunjukan bahwa kepuasan pernikahan menurun segera setelah pernikahan dan terus menurun di sepanjang tahun pertengahan (leslie dan korman, 1989).
                 TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA.pada saat anak terakhir menginggalkan rumah,banyak wanita pemprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian.bagi beberapa wanita,krisi paruh baya dialami selama periode awal siklus kehidupan ini.wanita bertindak sebagai pendorong bagi anaknya yang sedang berkembang untuk menjadi anak yang mandiri dengan mendefinisikan kembali hubungan dengan anak merka (tanpa merusak kehidupan personal dan keluarga).dengan tujuan mempertahankan sensasi kesejahteraan dan kesehatan ini,lebih banyak wanita yang mulai hidup dalam gaya hidup lebih sehat dengan mengontrol berat badannya,melaksanakan diet seimbang,memiliki program olah raga yang teratur,dan memiliki waktu istirahat yang adekuat,serta mendapatkan dan menikmati prestasi karier,kerja,atau prestasi kreatif lainnya.
                 Dalam hal pekerjaan pria dapat merasakan frustasi dan kekecewaan yang sama sperti yang pernah mereka alami dalam tahap kehidupan terdahulu.di satu sisi mungkin mereka berada di puncak karier dan tidak perlu bekerja keras seperti dahulu,disisi lain mungkin mereka menemukan bahwa pekerjaan mereka menoton setelah 20 sampai 30 tahun dengan jenis pekerjaan yang sama,banyak tenaga kerja kelas yang menengah menderita akibat “fenomena plato” yaitu peningkatan jagi atau promosi jabatan tidak lagi tersedia sehingga menyebabkan mereka merasa berada dalam jalur yang menoton.pada kondisi ini,ketidakpuasan karier di katakan mencapai proporsi yang patut diwaspadai,dengan banyak orang mengubah pekerjaannya saat paruh baya (usia 45-60 tahun) akibat perasaan ketidakpuasan,kebosanan dan tagnasi.disisi lain di era “perampingan”perusahaan pemutusan hubungan kerja selama puncak perjalanan kehidupan seseorang ini sering merupakan hal yang paling membuat sters,karena pekerjaan secara tradisiional telah menjadi peran inti bagi pria dalam kehidupan,ketidakpuasaan kerja dan  ancaman atau pristiwa di pecat telah mempengaruhi tingkat stres dan status kesehatan umum pria secara signifikan.
                 Pengembangan aktivitas waktu senggang dan hobi adalah hal yang paling penting selama tahap ini,karena lebih banyak waktu yang tersedia saat ini dan persiapan untuk pensiun harus dilakukan dalam model yang lebih terencana.
                 Tugas perkembangan yang penting untuk tahap ini adalah menciptakan lingkungan yang sehat (table 5-12).periode ini adalah periode yang paling umum bagi pasanggan untuk melaksanakan gaya hidup lebih sehat,selain fakta bahwa mereka mungkin telah melibatkan diri dalam kebiasaan yang merusak diri sendiri selam45-65 tahun,walau tidak dilarang untuk mulai dari sekarang,karena pernyataan “lebih baik sekarang atau tidsk sama sekali”selalu benar,sudah terlalu terlambat untuk Mengembalikan perubahan fisiologis yang telah banyak terjadi secara signifikan, seperti gangguan artritis akibat tidak beraktivitas : penambahan berat badan yang sedang sampai berat : tekanan darah tinggi akibat kurangnya olahraga : stress berkepanjangan, atau kebiasaan diet yang  buruk : dan berkurangnya kapasitas vital paru akibat merokok.
Motivasi utama individu paruh baya ( usia pertengahan ) untuk meningkatkan gaya hidup mereka tampaknya sebagai refleksi dari perasaan yang rentan atau mudah terkena kesakitan dan penyakit yang dapat terjadi ketika seorang teman atau anggota keluarga di usia yang sama telah mengalami serangan jantung : stroke , atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan teratur dan gaya hidup sehat adalah cara yang efektif untuk mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan motivasi yang sangat kuat. Penyakit jantung, kanker dan stroke terhitung sebagai penyebab dua pertiga kematian pada usia 46 sampai 64 tahun, dengan kecelakaan sebagai penyebab kematian nomor empat ( National Center For Health Statistics. 1989 ).
Tugas perkembangan kedua untuk pasangan paruh baya adalah menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan anak pada saat dewasa  dan dengan orang tua mereka yang telah lansia. Penelitian mengindikasikan bahwa perubahan kehidupan yang merugikan orang tua sangat memengaruhi cara pandang anak mengenai hubungan dengan orang tua mereka. Perubahan merugikan ini secara dominan tercatat seagai penurunan dalam status kesehatan orang tua dan gangguan pernikahan orang tua akibat keadaan hidup sebagai janda berpengaruh negatif pada hubungan dengan anak dewasa ( Kaufman & Uhlenberg, 1998 ).
Menerima dan menyambut kedatangan cucu ke dalam keluarga membantu dalam meningkatkan kepuasan hubungan antar-generasi ( Duvall & Miller, 1985 : Kufman & Uhlenberg, 1998). Hadirnya cucu memungkinkan pasangan paruh baya untuk tetap merasa sebagai sebuah keluarga dan membawa kebahagian tersendiri ketika mereka menjadi seorang kakek/nenek tanpa harus bertanggung jawab penuh selama 24 jam seperti halnya jika mereka menjadi orang tua. Dengan harapan hidup yang meningkat, biasanya mereka akan merasakan menjadi kakek/nenek selama tahap ini ( Sprey & Matthewn, 1982 ) kakek/nenek menyediakan dukungan yang besar untuk anak dan cucu mereka ketika mereka berada dalam keadaan krisis dan membantu anak mereka dalam menjalankan fungsi sebagai orang tua melalui dukungan dan penguatan ( Bengston & Robertson, 1985 ).
Penelitian terbaru mengenai menjadi kakek/nenek menyakatan bahwa 11% kakek/nenek berusia di atas 50 tahun memberikan asuhan primer pada cucu mereka, dan 8% memberikan asuhan harian yang teratur ( AARP, 2000 ). Perceraian, masalah obat-obatan dan alcohol, penahanan dan pengangguran dalam generasi parental ikuti andil dalam meningkatan keterlibatan kakek/nenek dalam memberikan pengasuhan primer ( Burton, 1992 : Calfie, 1994 ). Walaupun sebagian besar kakek/nenek bersedia menerima tanggung jawab mereka sebagai kakek/nenek. Pemberian asuhan seperti itu dapat sangat merugikan mereka. Minkler dan Roe ( 1995 ) mengurangi sejumlah masalah yang dialami kakek/nenek berkisar dari penyakit yang terkait dengan stress dan isolasi sosial sampai kesulitan financial yang berat. Hasil menjadi kakek/nenek umumnya tidak seluruhnya negatif. Burton dan Vries ( 1995 ) melaporkan bahwa semester menyediakan asuhan penuh waktu untuk cucu mereka dapat menjadi hal yang membuat stress, kakek/nenek pemberi asuhan cenderung memperoleh penghargaan tertentu dan dukungan informal dari kerabat keluarga mereka. 
Peran yang lebih menyebabkan masalah adalah berhubungan dengan dengan dan membantu orang tua lansiadan kadang kala lansia lain dari anggota extended family. Delapan puluh enam persen pasangan paruh baya masing-masing memiliki minimal satu orang tua yang masih hidup. (Hagestod, 1988). Dengan demikian, tanggung jawab memberikan asuhan untuk orang tua lansia yang lemah atau sakit adalah pengalaman yang sering terjadi. Walaupun pria memikul tanggung jawab pemberi asuhan yang lebih besar dari pada dimasa lalu wanita merupakan pemberi asuhan yang utama. Oleh karena itu lebih banyak wanita mereka berada dalam suatu “tekanan generasi” dalam upaya mereka untuk menyeimbangkan kebutuhan orang tua lansia mereka, anak mereka, dan cucu mereka. Dan peran hubungan antar generasi yang multipel cenderung lebih luas diantara minoritas tertentu seperti keluarga Afrika-Amerika, Asia dan Latin.
     Anak yang memberikan asuhan kepada orang tua lansia yang sudah tidak berdaya atau cacat dapat menyebabkan ketegangan fisik, emosi dan finansial bagi individu paruh baya, yang biasanya adalah anak perempuan (Brody, Litvin, Hoffman, dan kleban, 1992). Pemberian asuhan yang berkepanjangan dapat menyebabkan ketegangan hubungan pernukahan, anak perempuan yang telah menikah yang mendpat dukungan emosional dari suami mereka akan dapat terus memberikan asuhan yang terbaik untuk orang tua mereka. Hal yang sama terbukti ketika anak perempuan yang belum menikah memiliki “orang lain yang penting” yang mendukung. Yang merupakan teman laki-laki spesial yang dianggap eksklusif bagi anak perempuan yang belum menikah tersebut.
       Tugas perkembangan ketiga yang akan didiskusikan adalah memperkuat hubungan pernikahan. Saat ini pasangan benar-benar sendiri setelah beberapa tahun dikelilingi oleh anggota keluarga lain dan beberapa hubungan. Bagi pasangan yang memiliki masalah, pengurangan tekanan kehidupan dalam masa pasca perinatal tidak dapat menghasilkan kebahagiaan pernikahan tetapi menjadikan pernikahan menjadi sesuatu yang “membosankan” dan kebosanan yang biasa.







B.  Contoh Kasus
Di sebuah keluarga ada sepasang suami istri paruh baya, tinggal bersama anaknya yang telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak, pada mulanya semuanya terasa harmonis, seiring berjalannya waktu hubungan mereka sangat sulit dan sukar karena masalah penuaan, adanya perubahan fisiologis yang terjadi secara alami di karenakan usia yang tidak lagi muda, seperti menurunnya gairah untuk melakukan sexual, sebab lainnya anak dan menantunya di sibukan dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan sangat jarang adanya komunikasi yang terjadi setiap harinya, bertegur sapa seperlunya, sehingga orang tuanya merasa tidak ada lagi perhatian dari anaknya yang ia butuhkan pada masa-masa sekarang, membuat kondisi keluarganya semakin renggang dan tidak lagi harmonis.

C.  Peran Bidan :
1.    Bidan memberikan kebutuhan promosi kesehatan promosi istirahat yang adekwat, aktifitas di waktu luang, nutrisi yang baik, olah raga teratur.
2.    Bidan memberitahu untuk memperkokoh hubungan perkawinan dengan memberi perhatian kecil tetapi sering, menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol walaupun hanya 15 menit.
3.    Bidan memotivasi keluarga untuk, sering-sering komunikasi dan hubungan dengan anak, keluarga dari pasagannya, cucu, dan orang tua yang telah menua.
4.    Bidan meberikan asuhan tentang cara membantu dalam mengasuh orang tua lansia.
5.    Bidan memberikan konseling tentang masa menopouse yang memberikan perubahan fisiologis, seperti gairah seks berkurang.



Daftar pustaka


Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC




Senin, 09 Maret 2015

INFEKSI NIFAS



INFEKSI NIFAS

PRINSIP DASAR
·         Infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah peresalinan disebut infeksi nifas.suhu 38°C atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postparttum dan di ikur per oral dan sedikitnya 4 kali sehari disewbut sebagai morbiditas puerperalis.kenaikan suhu tubuh yang terjadi di dalam masa nifas,dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab ekstragenital.
·         Beberapa faktor predisposisi:
- kurang gizi atau malnutrisi,
- anemia,
- higiene
- kelelahan,
- proses persalinan bermasalah :
·                Partus lama/macet,
·                Korionamnionitis,
·                Persalinan traumatik,
·                Kurang baiknya pencegahan infeksi,
·                Manipulasi yang berlebihan,
·                Dapat berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
MASALAH
·         Infeksi nifas merupakan morbiditas dan mortalitas bagi ibu pascabersalin.
·         Derajat komlikasi bervariasi sangat tajam,mulai dari mastitis hingga adanaya koagulasi intravaskular diseminata.
Penanganan umun
·         antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
·         Berikan pengobatan yang rasional dan efektif  bagi ibu yang mengalami infeksi masa nifas.
·         Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
·         Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
·         Beri catatan atau intruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus di waspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
·         Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir,dari ibu yang mengalami infeksi pada masa persalinan.
·         Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.





PENILAIAN KRITIS
TABEL 25.1: Diagnosis febris pascapersalinan


Gejala dan tanda yang selalu di dapat
Gejala lain yang mungkin di dapat

Kemungkinan diagnosis
Nyeri perut bagian bawah
lokhe yang purulen dan berbau
terus tegang dan subinvolusi
Perdarahan pervaginam
Syok
Peningkatan sel darah putih,terutama polimornuklear lekosit
Metritis (endometritis atau endomiometritis)
Nyeri perut bagian bawah
Pembesaran perut bagian bawah
Demam yang terus menerus
Dengan antibiotik tidak membaik
Pembengkakan pada adneksa atau kavum douglas
Abses pelvik
Nyeri perut bagian bawah
Bising usus tidak ada
Perut yang tegang (rebound tendernes)
Anoreksia/muntah
peritonitis
Nyeri payudara dan tegang
Payudara yang mengeras dan membesar (pada kedua payudara) biasanya terjadi antara hari 3-5 pascapersalinan
Bendungan pada payudara
Nyeri payudara dan tegang/bengkak
Ada inflamasi yang didahului bendungan
Kemerahan yang batasnya jelas pada payudara
Biasanya hanya satu payudara
Biasanya terjadi antara 3-4 minggu pascapersalian
Mastitis
Payudara yang tegang dan padat kemerahan
Pembengkakan dengan ada fluktuasi
Mengalir nanah
Abses payudara
Nyeri pada luka/irisan dan tegang/indurasi
Luka/irisan pada perut dan perineal yang mengeras /indurasi
Keluar pus
Kemerahan
Selulitis pada luka (parineal/abdominal)
Bila terjadi luka yang mengeras di sertai dengan pengeluaran cairan serous atau kemerahan dari luka:tidak ada/sedikit erithema dekat luka insisi

Abses atau hematoma pada luka insisi
Disuria
Nyeri dan tegang pada daerah pinggang
Nyeri suprapubik
Uterus tidak mengeras
Menggigil
Infeksi pada traktus urinarius
Demam yang tinggi walau mendapat antibiotika
menggigil
Ketegangan pada otot kaki
Komplikasi pada paru,ginjal,persendian,mata dan subkutan
Thrombosis vena yang dalam (deep vain thrombosis)
Thromboflebitis:
·         Pelviotrombofeblitis
·         Femoralis
Konsolidasi
Batuk
Peningkatan frekuensi nafas
Kerongkongan yang tersa penuh
Keluar dahak
Kesukaran bernafas
Nyeri dada
pneumonia
menggigil
Pembesaran liver
Pembesaran limfe
Kuning
Nyeri epigastrium
Malaria
Tifoid (b)
Hepatitis (c)

a.       Beri infus heparin.
b.      Obati dengan antibiotika dan berikan terapi suportif dan observasi.
c.       Berikan terapi suportif (hepatoprotektor) dan observasi.

PENANGANAN
(sesuaikan dengan  tabel diagnosis)

METRITIS
Metritis dalah infeksi uterus setelah persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu.Bila pengobatan terlambat atau kurang adekuatb dapat menjadi abses pelvik,peritonitis,syok septik,thrombosis,vena yang dalam,emboli pulmonalis,infeksi pelvik yang menahun,dispareunia,penyumbatan tuba dan infertilitas.
1.      Berikan transfusi bila di butuhkan.Beriakan  packed red cell.
2.      Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi.
3.      Ampisilin 2 g IV,kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
4.      Pertimbangkan pemberian antitetanus profilaksis.
5.      Bila dicurigai adanya sisa plasenta,lakukan pengeluaran (digital atau dengan kuret yang lebar).
6.      Bila ada pus lakukan drainase (bila perlu kolpotomi),ibu dalam posisi fowler.
7.      Vila tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif dan ada tanda peritonitis generalisata lakukan laparotomi dan keluarkan pus.Bila ada evaluasi uterus nekrotik dan septik lakukan histerektomi subtotal.
BENDUNGAN  PAYUDARA
Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi.Hal ini bukan disebabkan overdistensi dari sistem saluran laktasi.
A.    Bila ibu menyusui bayinya :
1.      Susukan sesering mungkin.
2.      Kedua paudara disusukan.
3.      Kompres hangat payudara sebelum disusukan.
4.      Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui.
5.      Sangga payudara.
6.      Kompers dingin pada payudara di antara waktu menyusui.
7.      Bila diperlukan berikan parasetamol  500 mg peroral setiap 4 jam.
8.      Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya.

B.     Bila ibu tidak menyusui :
1.      Sangga payudara.
2.      Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
3.      Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg peroral setiap 4 jam.
4.      Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara.

INFEKSI  PAYUDARA
Infeksi payudara sesudah persalinan.
A.    Mastitis            
Payudara tegang/indurasi dan kemerahan
1.      Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang.
2.      Sangga payudara.
3.      Kompres dingin.
4.      Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
5.      Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus.
6.      Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan.

B.     Abses Payudara
Terdapat masa padat,mengeras di bawah kulit yang kemerahan.
1.      Diperlukan anestesi umum (ketamin).
2.      Insisi radial dari tengah dekat pinggir areola,ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
3.      Pecahkan kantung pus dengan tissue forceps atau jari tangan.
4.      Pasang tampon dan drain.
5.      Tampon dan drain diangkat setelah 24 jam.
6.      Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
7.      Sangga payudara.
8.      Kompres dingin.
9.      Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali sekali bila diperlukan.
10.  Ibu didorong tetap memberikan ASI walau ada pus.
11.  Lakukan  follow up setelah pemberian pengobatan selama 3 hari.

ABSES PELVIS
1.      Bila pelvik abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac,lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi.Ibu posisi fowler.
2.      Berikan antibiotika broadspektrum dalam dosis yang tinggi.
3.      Ampisilin 2 g IV,kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
PERITONITIS
1.      Lakukan nasogastric suction.
2.      Berikan infus (NaCl atau Ringer Laktat).
3.      Berikan antibiotika sehingga bebas panas selama 24 jam :
4.      Ampisilin 2 g IV,kemudian 1 g setiap 6 jam ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
5.      Laparotomi diperlukan untuk pembersihan perut (peritoneal lavage).
INFEKSI LUKA PERINEUM DAN LUKA ABDOMEN
Disebabkan oleh keadaan yang kurang bersih dan tindakan pencegahan infeksi yang kurang baik.
1.      Bedakan antara wound abses,wound seroma,wound hematoma,dan wound cellulitis.
2.      Wound abses,wound seroma,wound hematoma suatu pengerasan yang tidak biasa dengan pengeluaran cairan serous atau kemerahan dan tidak ada/sedikit erithema,sekitar luka insisi.
3.      Wound cellulitis didapatkan eritema dan edema meluas mulai dari tempat insisi dan melebar.
4.      Bila ada pus dan cairan pada luka,buka dan lakukan pengeluaran.
5.      Daerah jahitan yang terinfeksi dihilangkan dan lakukan debridemen.
6.      Bila infeksi sedikit tidak perlu antibiotika.
7.      Bila infeksi relatif superfisial,berikan ampisilin 500 mg per oral setiap 6 jam dan metranidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari.
8.      Bila infeksi dalam dan melibatkan otot dan menyebabkannekrosis,beri penisilin G 2 juta U IV setiap 4 jam (atau ampisilin ini 1 g 4x/hari)ditambah dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan perhari IV sekali ditambah dengan metranidazol 500 mg IV setiap 8 jam,sampai bebas panas selama 24 jam.Bila ada jaringan nekrotik harus dibuang.Lakukan jahutan sekunder 2-4 minggu setelah infeksi membaik.
9.      Berikan nasehat kebersihan dan pemakaina pembalut yang bersih dan sering di ganti.