A. ORANG TUA PARUH BAYA
Tahap
ke 7 dari siklus kehidupan keluarga. Merupakan tahap masa pertengahan pada
orang tua. Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika
orang tua berusia sekitar 45-55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya pasangan.
Biasanya 16-18 tahun kemudian, biasanya pasangan baru di tahun-tahun
pertengahan mereka merupakan keluarga inti, walaupun tetap berinteraksi dengan
orang tua lansia mereka an dengan anggota keluarga lain dari keluarga asalnya.
Dan dengan keluarga baru yang di dapat dari pernikahan anak cucu (keturunan)
mereka. Pasangan pasca menjadi orang tua saat ini tidak lagi terisolasi,
sremakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi melaksanakan kesibukan
harian mereka dan meluangkan waktu lebih. Banyak dalam fase paska parental,
dengan perluasan hubungan kekeluargaan antara 4 generasi bukanlah hal yang
jarang (Roth. 1996 a)
Tahun pertengahan keluarga meliputi
perubahan dalam penyesuaian pernikahan (sering kali semakin baik). Dalam
distribusi pengaruh antara suami dan istri (lebih terbagi) dan dalam peran
(termasuk perbedaan peran pernikahan) (Leslie dan Orman, 1989). Bagi sebagian
besar keluarga dengan peningkatan kepuasan dan setatus ekonomi (Rolins dan
feldman, 1970). Tahun-tahun ini terlihat sebagai tahun terbaik dalam kehidupan.
Kelas menengah, keluarga utuh, menemukan bahwa kepuasan pernikahan dan keluarga
serta kualitas kehidupan meningkat dan mencapai puncaknya selama fase ini.
Keluarga paruh baya, secara umum juga lebih baik secara ekonomi di bandingkan
dengan tahap lain dalam riwayat keluarga peningkatan partisipasi tenaga kerja
oleh wanita dan semakin tingginya perolehan kekuasaan oleh pria darin periode
sebelumnya menjadi faktor yang ikut andil dalam peningkatan keamanan ekonomi
yang di alami oleh sebagian besar keluarga di masa pertengahan. Aktifitas dan
kebersamaan waktu luang yang di rasa menyenangkan bagi setiap pasangan telah di sebut-sebut
sebagai faktor utama yang memicu faktor kebahagiaan pernikahan. Kepuasan
sexsual juga secara positif hubungan dengan komunikasi yang lebih dan kepuasaan
pernikahan, walaupun suami paruh baya dapat mengalami penurunan kemampuan
sexual. Komunikasi intim suami istri sangat penting untuk mempertahankan
pemahaman dan ketertarikan satu sama lain di sepanjang tahun-tahun ini.
Akan
tetapi, bagi beberapa pasangan, tahun-tahun ini secara umum di rasakan sebagai
tahun-tahun yang sulit dan sukar karena masalah penuaan, kehilangan anak, dan perasaan
bahwa mereka adalah orang tua yang gagal menjadi orang tua dan dalam hal pekerjaan. Beberapa penelitian mengenai
kepuasan pernikahan menunjukan bahwa kepuasan pernikahan menurun segera setelah
pernikahan dan terus menurun di sepanjang tahun pertengahan (leslie dan korman,
1989).
TUGAS
PERKEMBANGAN KELUARGA.pada saat anak terakhir menginggalkan rumah,banyak wanita
pemprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam
kesepian.bagi beberapa wanita,krisi paruh baya dialami selama periode awal
siklus kehidupan ini.wanita bertindak sebagai pendorong bagi anaknya yang
sedang berkembang untuk menjadi anak yang mandiri dengan mendefinisikan kembali
hubungan dengan anak merka (tanpa merusak kehidupan personal dan
keluarga).dengan tujuan mempertahankan sensasi kesejahteraan dan kesehatan
ini,lebih banyak wanita yang mulai hidup dalam gaya hidup lebih sehat dengan
mengontrol berat badannya,melaksanakan diet seimbang,memiliki program olah raga
yang teratur,dan memiliki waktu istirahat yang adekuat,serta mendapatkan dan
menikmati prestasi karier,kerja,atau prestasi kreatif lainnya.
Dalam
hal pekerjaan pria dapat merasakan frustasi dan kekecewaan yang sama sperti
yang pernah mereka alami dalam tahap kehidupan terdahulu.di satu sisi mungkin
mereka berada di puncak karier dan tidak perlu bekerja keras seperti
dahulu,disisi lain mungkin mereka menemukan bahwa pekerjaan mereka menoton
setelah 20 sampai 30 tahun dengan jenis pekerjaan yang sama,banyak tenaga kerja
kelas yang menengah menderita akibat “fenomena plato” yaitu peningkatan jagi
atau promosi jabatan tidak lagi tersedia sehingga menyebabkan mereka merasa
berada dalam jalur yang menoton.pada kondisi ini,ketidakpuasan karier di
katakan mencapai proporsi yang patut diwaspadai,dengan banyak orang mengubah
pekerjaannya saat paruh baya (usia 45-60 tahun) akibat perasaan
ketidakpuasan,kebosanan dan tagnasi.disisi lain di era “perampingan”perusahaan
pemutusan hubungan kerja selama puncak perjalanan kehidupan seseorang ini
sering merupakan hal yang paling membuat sters,karena pekerjaan secara
tradisiional telah menjadi peran inti bagi pria dalam kehidupan,ketidakpuasaan
kerja dan ancaman atau pristiwa di pecat
telah mempengaruhi tingkat stres dan status kesehatan umum pria secara
signifikan.
Pengembangan
aktivitas waktu senggang dan hobi adalah hal yang paling penting selama tahap
ini,karena lebih banyak waktu yang tersedia saat ini dan persiapan untuk
pensiun harus dilakukan dalam model yang lebih terencana.
Tugas
perkembangan yang penting untuk tahap ini adalah menciptakan lingkungan yang
sehat (table 5-12).periode ini adalah periode yang paling umum bagi pasanggan
untuk melaksanakan gaya hidup lebih sehat,selain fakta bahwa mereka mungkin
telah melibatkan diri dalam kebiasaan yang merusak diri sendiri selam45-65
tahun,walau tidak dilarang untuk mulai dari sekarang,karena pernyataan “lebih
baik sekarang atau tidsk sama sekali”selalu benar,sudah terlalu terlambat untuk
Mengembalikan perubahan fisiologis yang telah banyak terjadi secara
signifikan, seperti gangguan artritis akibat tidak beraktivitas : penambahan
berat badan yang sedang sampai berat : tekanan darah tinggi akibat kurangnya
olahraga : stress berkepanjangan, atau kebiasaan diet yang buruk : dan berkurangnya kapasitas vital paru
akibat merokok.
Motivasi utama individu paruh baya ( usia pertengahan ) untuk
meningkatkan gaya hidup mereka tampaknya sebagai refleksi dari perasaan yang
rentan atau mudah terkena kesakitan dan penyakit yang dapat terjadi ketika
seorang teman atau anggota keluarga di usia yang sama telah mengalami serangan
jantung : stroke , atau kanker. Selain takut, keyakinan bahwa pemeriksaan
teratur dan gaya hidup sehat adalah cara yang efektif untuk mengurangi
kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan kekuatan motivasi yang
sangat kuat. Penyakit jantung, kanker dan stroke terhitung sebagai penyebab dua
pertiga kematian pada usia 46 sampai 64 tahun, dengan kecelakaan sebagai
penyebab kematian nomor empat ( National Center For Health Statistics. 1989 ).
Tugas perkembangan kedua untuk pasangan paruh baya
adalah menemukan hubungan yang memuaskan dan bermakna dengan anak pada saat
dewasa dan dengan orang tua mereka yang
telah lansia. Penelitian mengindikasikan bahwa perubahan kehidupan yang
merugikan orang tua sangat memengaruhi cara pandang anak mengenai hubungan
dengan orang tua mereka. Perubahan merugikan ini secara dominan tercatat seagai
penurunan dalam status kesehatan orang tua dan gangguan pernikahan orang tua
akibat keadaan hidup sebagai janda berpengaruh negatif pada hubungan dengan
anak dewasa ( Kaufman & Uhlenberg, 1998 ).
Menerima dan menyambut kedatangan cucu ke dalam
keluarga membantu dalam meningkatkan kepuasan hubungan antar-generasi ( Duvall
& Miller, 1985 : Kufman & Uhlenberg, 1998). Hadirnya cucu memungkinkan
pasangan paruh baya untuk tetap merasa sebagai sebuah keluarga dan membawa
kebahagian tersendiri ketika mereka menjadi seorang kakek/nenek tanpa harus
bertanggung jawab penuh selama 24 jam seperti halnya jika mereka menjadi orang
tua. Dengan harapan hidup yang meningkat, biasanya mereka akan merasakan
menjadi kakek/nenek selama tahap ini ( Sprey & Matthewn, 1982 ) kakek/nenek
menyediakan dukungan yang besar untuk anak dan cucu mereka ketika mereka berada
dalam keadaan krisis dan membantu anak mereka dalam menjalankan fungsi sebagai
orang tua melalui dukungan dan penguatan ( Bengston & Robertson, 1985 ).
Penelitian terbaru mengenai menjadi kakek/nenek
menyakatan bahwa 11% kakek/nenek berusia di atas 50 tahun memberikan asuhan
primer pada cucu mereka, dan 8% memberikan asuhan harian yang teratur ( AARP,
2000 ). Perceraian, masalah obat-obatan dan alcohol, penahanan dan pengangguran
dalam generasi parental ikuti andil dalam meningkatan keterlibatan kakek/nenek
dalam memberikan pengasuhan primer ( Burton, 1992 : Calfie, 1994 ). Walaupun
sebagian besar kakek/nenek bersedia menerima tanggung jawab mereka sebagai
kakek/nenek. Pemberian asuhan seperti itu dapat sangat merugikan mereka.
Minkler dan Roe ( 1995 ) mengurangi sejumlah masalah yang dialami kakek/nenek
berkisar dari penyakit yang terkait dengan stress dan isolasi sosial sampai
kesulitan financial yang berat. Hasil menjadi kakek/nenek umumnya tidak
seluruhnya negatif. Burton dan Vries ( 1995 ) melaporkan bahwa semester
menyediakan asuhan penuh waktu untuk cucu mereka dapat menjadi hal yang membuat
stress, kakek/nenek pemberi asuhan cenderung memperoleh penghargaan tertentu
dan dukungan informal dari kerabat keluarga mereka.
Peran yang lebih menyebabkan masalah
adalah berhubungan dengan dengan dan membantu orang tua lansiadan kadang kala
lansia lain dari anggota extended family. Delapan puluh enam persen pasangan
paruh baya masing-masing memiliki minimal satu orang tua yang masih hidup.
(Hagestod, 1988). Dengan demikian, tanggung jawab
memberikan asuhan untuk orang tua lansia yang lemah atau sakit adalah
pengalaman yang sering terjadi. Walaupun pria memikul tanggung jawab pemberi
asuhan yang lebih besar dari pada dimasa lalu wanita merupakan pemberi asuhan
yang utama. Oleh karena itu lebih banyak wanita mereka berada dalam suatu
“tekanan generasi” dalam upaya mereka untuk menyeimbangkan kebutuhan orang tua
lansia mereka, anak mereka, dan cucu mereka. Dan peran hubungan antar generasi
yang multipel cenderung lebih luas diantara minoritas tertentu seperti keluarga
Afrika-Amerika, Asia dan Latin.
Anak
yang memberikan asuhan kepada orang tua lansia yang sudah tidak berdaya atau
cacat dapat menyebabkan ketegangan fisik, emosi dan finansial bagi individu
paruh baya, yang biasanya adalah anak perempuan (Brody, Litvin, Hoffman, dan
kleban, 1992). Pemberian asuhan yang berkepanjangan dapat menyebabkan
ketegangan hubungan pernukahan, anak perempuan yang telah menikah yang mendpat
dukungan emosional dari suami mereka akan dapat terus memberikan asuhan yang
terbaik untuk orang tua mereka. Hal yang sama terbukti ketika anak perempuan
yang belum menikah memiliki “orang lain yang penting” yang mendukung. Yang
merupakan teman laki-laki spesial yang dianggap eksklusif bagi anak perempuan yang
belum menikah tersebut.
Tugas
perkembangan ketiga yang akan didiskusikan adalah memperkuat hubungan
pernikahan. Saat ini pasangan benar-benar sendiri setelah beberapa tahun
dikelilingi oleh anggota keluarga lain dan beberapa hubungan. Bagi pasangan yang
memiliki masalah, pengurangan tekanan kehidupan dalam masa pasca perinatal
tidak dapat menghasilkan kebahagiaan pernikahan tetapi menjadikan pernikahan
menjadi sesuatu yang “membosankan” dan kebosanan yang biasa.
B. Contoh
Kasus
Di
sebuah keluarga ada sepasang suami istri paruh baya, tinggal bersama anaknya
yang telah berkeluarga dan memiliki satu orang anak, pada mulanya semuanya
terasa harmonis, seiring berjalannya waktu hubungan mereka sangat sulit dan
sukar karena masalah penuaan, adanya perubahan fisiologis yang terjadi secara
alami di karenakan usia yang tidak lagi muda, seperti menurunnya gairah untuk
melakukan sexual, sebab lainnya anak dan menantunya di sibukan dengan pekerjaan
mereka masing-masing, dan sangat jarang adanya komunikasi yang terjadi setiap
harinya, bertegur sapa seperlunya, sehingga orang tuanya merasa tidak ada lagi
perhatian dari anaknya yang ia butuhkan pada masa-masa sekarang, membuat
kondisi keluarganya semakin renggang dan tidak lagi harmonis.
C. Peran
Bidan :
1. Bidan
memberikan kebutuhan promosi kesehatan promosi istirahat yang adekwat,
aktifitas di waktu luang, nutrisi yang baik, olah raga teratur.
2. Bidan
memberitahu untuk memperkokoh hubungan perkawinan dengan memberi perhatian
kecil tetapi sering, menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol
walaupun hanya 15 menit.
3. Bidan
memotivasi keluarga untuk, sering-sering komunikasi dan hubungan dengan anak,
keluarga dari pasagannya, cucu, dan orang tua yang telah menua.
4. Bidan
meberikan asuhan tentang cara membantu dalam mengasuh orang tua lansia.
5. Bidan
memberikan konseling tentang masa menopouse yang memberikan perubahan
fisiologis, seperti gairah seks berkurang.
Daftar pustaka
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam
Praktik. Jakarta : EGC