BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Plasenta previa adalah suatu kehamilan dimana
plasenta berimplantasi abnormal pada segmen bawah rahir, menutupi atau tidak
menutupi ostium uteri internum, sedangkan kehamilan tersebut sudah viable atau
mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan 22 minggu atau berat >500 gram).
(achadiat, 2004).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian Plasenta previa?
2.
Apa tanda dan gejala Plasenta previa?
3.
Bagaimana komplikasi Plasenta previa?
4.
Bagaimana cara menangani Plasenta previa?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui pengertian Plasenta previa
2.
Untuk mengetahui tanda dan gejala Plasenta previa
3.
Untuk mengetahui komplikasi Plasenta previa
4.
Untuk mengetahui cara menangani plasenta previa
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi plasenta previa
Plasenta
praevia/plasenta previa yang berasal dari kata “prae” yang berarti depan dan
“vias” yang berarti jalan. Jadi plasenta di depan jalan lahir atau menutupi
jalan lahir (sarwono, 1991).
Plasenta
previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (TM.
Hanafiah, 2004).
Plasenta
previa adalah plasenta yang berada di depan jalan lahir (prae=didepan,
vias=jalan). Jadi yang di maksud plasenta previa adalah plasenta yang
implantasinya tidak normal sehingga menutupi seluruh atau sebagian jalan lahir
(ostium uteri internum). (TM. Hanafiah, 2004).
Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Saifudin AB,dkk,2006).
Plasenta
previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada
segmen bawah rahir, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum,
sedangkan kehamilan tersebut sudah viable atau mampu hidup di luar rahim (usia
kehamilan 22 minggu atau berat >500 gram). (achadiat, 2004).
2.2 Faktor resiko
Penyebab
utama terjadinya plasenta previa belum di ketahui. Tetapi terdapat beberapa
faktorresiko yang menyebabkan meningkatnya seorang ibu atau wanita hamil
berkesempatan mengalami plasenta previa, yaitu :
a.
Jumlah kehamilan sebelumnya (multiparitas).
Plasenta terjadi pada 1 dari 1500 wanita
yang baru pertama kali hamil. Pada wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih,
maka resiko terjadinya plasenta previa adalah 1 di antara 20 kehamilan.
b.
Usia ibu hamil (umur lanjut >35
tahun). Diantara wanita-wanita yang berusia kurang dari 19 tahun, hanya 1 dari
1500 yang mengalami plasenta previa. Pada wanita yang berusia lebih dari 35
tahub, 1 dari 100 wanita hamil akan mengalami plasenta previa.
c.
Operasi caesar sebelumnya (yang dapat
menyebbabkan cacat atau jaringan perut pada endometrium). Pada ibu atau wanita
yang pernah menjalani oprasi caesar sebelumnya, maka sekitar 4 dari 100 wanita
tersebut akan mengalami plasenta previa. Resiko akan meningkat setelah
mengalami 4 kali atau lebih operasi caesar. (pada ibu atau wanita yang pernah 4
kali atau lebih menjalani operasi caesar, maka 1 dari 10 ibu atau wanita
tersebut akan mengalami plasenta previa)
d.
Kehamilan dengan janin lebih dari 1
(seperti kembar dua atau kembar tiga) dengan plasenta besar.
e.
Riwayat tindakn medis yang di lakukan
pada uterus, seperti dilatase dan kuretase atau aborsi medisinalis.
f.
Defect vaskularisasi desidua yang
kemungkinan terjadi akibat perubahan atropik dan inflamatorik.
g.
Chorion leave persistent.
h.
Corpus luteum bereaksi lambat dimana endometrium
belum siap menerima hasil konsepsi.
i.
Merokok sigaret, menyebabkan menurunnya
kadar oksigen yang beredar dalam tubuh, sehingga merangsang pertumbuhan
plasenta yang besar. Plasenta yang besar di hubungkan dengan perkembangan
plasenta previa.
j.
Kokain dan penggunaan obat-obat bius.
k.
Riwayat plasenta previa sebelumnya.
2.3
Beberapa klasifikasi plasenta previa
1)
Plasenta previa totalis : apabila OUI
seluruhnya tertutup oleh plasenta.
2)
Plasenta previa parsialis : apabila
hanya sebagian OUI tertutup plasenta.
3)
Plasenta previa lateralis : apabila
hanya tepi plasenta yang menutupi OUI.
4)
Plasenta previa letak rendah : apabila
plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian yang menutupi OUI.
1.
Menurut de snoo, berdasarkan pembukaan
4-5 cm.
a. Plasenta
previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi
seluruh ostea.
b. Plasenta
previa lateralis, bilamana pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta.
2.
Menurut penulis buku-buku Amerika
Serikat
a. Plasenta
previa totalis : bila seluruh ostea (jalan lahir) ditutupi oleh plasenta.
b. Plasenta
previa partialis : apabila hanya sebagian ostea (jalan lahir) tertutup oleh
plasenta.
c. Plasenta
previa marginalis : apabila pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir osteum
uteri internum.
d. Plasenta
letak rendah : pinggir plasenta berada 3-4 cm di atas pinggir pembukaan. Pada
periksa dalam tidak teraba.
3.
Menurut Browne
a. Tingkat
I, lateral plasenta previa : pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen
bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat
II, marginal plasenta previa : plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostea).
2.4
Gejala klinis
a.
Gejala utama plasenta previa adalah
pendarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan biasanya berulang. Darah
pervaginam biasanya bewarna merah segar.
b.
Bagian terdepan janin tinggi (floating)
/belum memasuki pintu pintu atas panggul (PAP). Sering di jumpai kelainan letak
(sungsang atau lintang).
c.
Pendarahan pertama (first bleeding)
biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam
sebelumnya.
d.
Janin biasanya masih baik, namun dapat
juga disertai gawat janin sampai kematian janin tergantung beratnya plasenta
previa.
e.
Pada pemeriksaan jalan lahir, teraba
jaringan plasenta (lunak).
Perdarahan
dapat terjadi selagi tidur atau bekerja biasa, perdarahan pertama biasaanya
tidak banyak sehingga tidak berakibat fatal. Akan tetapi perdarahan berikutnya
hampir selalu lebih banyak daripada sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam.
2.5
Diagnosis
a.
Anamnesis :
Riwayat
pendarahan, darah warna merah segar, tanpa rasa nyeri, tanpa sebab, terutama
pada multigravida pada kehamilan 22 minggu.
b.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan
umum atau tanda-tanda vital ibu mungkin dapat baik sampai buruk, tergantung
pada beratnya perdarahan.
c.
Pemeriksaan obstetrik :
Pemeriksaan
luar : bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul presentasi
kepala. Biasanya kepala masih terapung diatas pintu atas, mengelok kesamping
dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul, ada kelainan letak.
Pemeriksaan
inspekulo : tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila
perdarahan berasal dari osteum uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
d.
Penentuan letak plasenta tidak langsung
:
Dapat
dilakukan dengan radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi (USG), pada
pemeriksaan dengan radiografi dan radioisotop, ibu dan janin dihadapkan pada
bahaya radiasi. Sedangkan pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) tidak
menimbulkan bahaya radiasi dan rasa nyeri.
e.
Penentuan letak plasenta secara langsung
:
Pemeriksaan
dengan menentukan letak plasenta secara langsung baru dikerjakan bila fasilitas
lain tidak ada dan dilakukan dalam keadaan siap operasi.
2.5.1 Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
: darah lengkap urin lengkap.
b. Kardiotokografi
(KTG), doppler laennec untuk mengetahui kesejahteraan janin.
c. Ultrasonografi
(USG) untuk menentukan letak plasenta/implantasi plasenta, usia kehamilan dan
keadaan janin secara keseluruhan. Plasenta previa dapat didiagnosa dengan
menggunakan USG.
2.6
Komplikasi
Plasenta
previa dapat menyebabkan berbagai komplikasi, baik bagi ibu maupun janin, yaitu
:
a.
Perdarahan yang hebat dan syok sebelum
atau selama persalinan, yang dapat mengancam kehidupan ibu dan janinnya.
b.
Persalinan prematur atau preterm
(sebelum usia kehamilan 37 minggu) dang dimana merupakan resiko terbesar bagi
janin.
c.
Defect persalinan
Defect
persalinan terjadi 2,5 kali lebih sering pada kehamilan yang dipengaruhi oleh
plasenta previa dari pada kehamilan yang tidak dipengaruhinya dan sampai
sekarang tidak diketahui penyebabnya.
d.
Infeksi
e.
Laserasi serviks
f.
Plasenta tali pusat
g.
Prolaps plasenta
Plasenta
previa dapat menghambat perkembangan janin. Meskipun beberapa penelitian sering
menemukan masalah pertumbuhan janin pada plasenta previa, beberapa penelitian
lainnya tidak menemukan perbedaan antara bayi-bayi pada kelainan ini dengan
bayi-bayi dari kehamilan normal.
2.7
Penatalaksanaan medis
Semua
pasien atau ibu dengan perdarahan pervagina pada kehamilan trimester-3 harus
dirawat dirumah sakit tanpa periksa dalam (touche vagina). Bila pasien dalam
keadaan syok karna perdarahan yang banyak, harus segera dilakukan perbaikan
keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Penanganan
plasenta previa tergantung pada :
a.
Keadaan umum pasien, kadar Hb
b.
Jumlah perdarahan yang terjadi
c.
Umur kehamilan/taksiran berat badan
janin
d.
Jenis/klasifikasi plasenta previa
e.
Paritas dan kemajuan persalinan
2.7.1 Penatalaksanaan plasenta
previa dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Konservatif/ekspektatif,
yang artinya mempertahankan kehamilan sampai waktu tertentu. Yang bertujuan
untuk janin terlahir tidak prematur, ibu dirawat tanpa melakukan pemeriksaan
dalam melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-invasif.
Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik.
b. Aktif,
yang artinya kehamilan tersebut harus segera diakhiri.
Plasenta
previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan
penangan yang baik. Bentuk pertolongan pada plasenta previa yaitu :
1. Segera
melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan anak atau untuk
mengurangi kesakitan dan kematian.
2. Memecahkan
ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk melakukan pertolongan
lebih lanjut.
3. Bidan
yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengamil sikap melakukan
rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
- Kehamillan masih dapat dipertahankan, karena perdarahan pertama
pada umumnya tidak berat dan dapat berhenti dengan sendirinya.
- Belum ada tanda- tanda persalinan
- Keadaan janin sejahteraan
- Keadaan umum baik, kadar
Hb 89% atau lebih
- Rencana penanganan
- Pasien harus dirawat dengan istirahat baring total
- Pemberian infus dan elektrolit
- Pemberian obat-obatan untuk pematangnan paru dan tokolitik
- Pemeriksaan Hb,Ht,COT, golongan darah
- Pemeriksaan USG
- Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah (tensi), nadi dan
denyut jantung janin
- Apabila ada tanda-tanda plasenta previa, tergantung keadaan,
pasien dirawat sampai kehamilan 37 minggu, selanjutnya penanganan secara
aktif(kecuali bila terjadi peredarahan ulang segera di lakukan SC/seksio
caesaria).
2.8 Penanganan Aktif
Kriteria
:
- Usia kehamilan (masa gestasi) >37 minggu, Berat Badan Janin
> 2500 gram
- Perdarahan banyak 500 cc atau lebih
- Ada tanda-tanda persalinan
- Ada tanda-tanda gawat janin
- Ke adaan umum ibu tidak baik, ibu anemis, Hb 8,0%
2.9 Penatalaksanaan Asuhan Ibu Dengan Plasenta Previa
- Tujuan dari penataksanaan asuhan pasien/ibu dengan plasenta
previa ini, antara lain:
a.
Mencegah dan mengurangi timbulnya perdarahan baru
b.
Mencegah terjadinya infeksi
c.
Mempertahankan kesejahteraan janin dan bayi lahir sehat
d.
Memperbaiki keadaan umum
e.
Menyampaikan secara verbal pemahaman atas kondisi pasien dan penatalaksanaan
yang dilakukan
f.
Mengidentifikasi dan menggunakan sistem pendukung yang tersedia
g.
Melakukan pematasan aktivitas yang dianjurkan
h.
Tidak ada implikasi yang berhubungan dengan perdarahan
i.
Kehamilan mencapai/mendeteksi
- Pengkaji
Wanita/ibu yang mengalami perdarahan pervaginam pada trimester ketiga
memerlukan evaluasi yang bersifat emergensi/darut. Bidan/perawat kebidanan
perlu melakukan pengkajian riwayat perdarahan, yang meliputi kehamilan, paritas
dan gambaran perdarahan (beberapa lama, kejadian yang menyebabkan perdarahan,
estimasi jumlah ikumpulkan oleh bidan/perawat kebidanan adalah status umum
wanita, perkiraan umur kehamilan, jumlah perdarahan, tanda-tanda vita dan
status janji. Pemeriksa laboraturium yang meliputi darah lengkap, hitung darah tepi,
golongan drah status Rh, profile koagulasi serta cross match( contoh darah).
- Penatalaksanaan asuhan kebidanan di rumah sakit
a.
Penatalaksaan ekspektatif/yang di harapkan
Jika umur kehamilan kurang dari 36 minggu, tidak ada tanda-tanda
persalinan, perdarahan sedikit atau berhenti, penatalaksanaan yang diharapkan
adalah pengobatan yang umum (kolaborasi) untuk memberikan waktu pada janin
menjadi matur.
b.
Penatalaksanaan aktif
1.
Jika plasenta previa sudah di diagnosa, maka perencanaan
penatalaksanaan didasarkan atas umur kehamilan, jumlah perdarahan dan kondisi
janin.
2.
Jika umur kehamilan sudah aterm dan ibu dalam masa persalinan atau
perdarahan terus menerus, maka persalinan secara seksio caesaria secepatnya
harus dilakukan.
3.
Jika pasien dengan plasenta previa parsial atau marginal perdarahan
minimal, persalinan melalui vagina dapat dilakukan.
4.
Jika dilakukan persalinan seksio caesaria, bidan/perawat kebidanan
secara terus menerus mengkaji keadaan janin dan ibu, sementara itu di
persiapakan untuk pembedahan yang perlu di perhatikan yaitu:
a.
Mintalah ijin operasi
b.
Persiapan donor sewaktu-waktu bila ada perdarahan berulang dan untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu.
c.
Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan perdarahan,
infeksi dan keseimbangan cairan masuk-keluar.
5.
Tanda-tanda vital ibu dikaji secara teratur untuk mengetahui adanya
penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, perubahan kesadaran dan
oliguri/urine sedikit. Pengkajian pada janin dipertahankan dengan monitoring
fetal elektronik untuk mengkaji adanya tanda hipoksia.
6.
Perdaraha mungkin tidak berhenti dengan kelahiran bayi. Pelebaran
pembuluh darah pada segmen bawah rahim mungkin terus menyebabkan perdarahan
karena berkurangnya otot segmen bawah rahim. Mekanisme natural mengontrol perdarahan
jika karakteristik otot uterus bagian atas terjalin dengan kuat, bukan traksi
mengelilingi pembuluh darah terbuka. Hal ini tidak ada pada uterus bagian
bawah. Peredaran darah pascapartum mungkin akan terjadi meskipun kontraksi
fundus kuat.
7.
Dukungan emosiaonal untuk pasien/ibu dan keluarganya sangat penting.
- Penatalaksanaan dirumah
1.
Kriteria untuk penatalaksanaan perawatan di ru7mah harus diawasi oleeh
petugas kesehatan (bidan atau perawat home care yang kompeten). Pertimbangkan
untuk referal/rujukan, jika terjadi perdarahan aktif
(Grobar,1994,samson.1992,dalam Bobak,1999)
2.
Ibu harus mempunyai supervisi ketat di rumah dengan keluarga, harus
tahu bagaimana mengkaji keadaan ajanin dan aktivitas uterus serta perdarahan
dan menghindari intercouse, douching dan enem. Kunjungan dengan petugas
kesehatan sebaiknya di susun.
3.
Jika perawatan dirumah dengan perbatasan aktivitas yang lama, ibu
sebaiknya memperhatikan tentang pekerjaan atau tanggung jawab keluarga atau
mungkin menjadi bosan tanpa aktivitas, ibu sebaiknya didorong untuk
berpartisipasi untuk perawatan dirinya atau keputusan tentang perawatan jika
memungkinkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Plasenta
previa adalah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada segmen
bawah rahir, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan
kehamilan tersebut sudah viable atau mampu hidup di luar rahim.
Gejala
utama plasenta previa adalah pendarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri dan
biasanya berulang. Darah pervaginam biasanya bewarna merah segar.
DAFTAR PUSTAKA
Maryani, Anik.
Yulianingsih. 2009. Asuhan
Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media (TIM).
Manuaba IBG. 2010.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan.
Jakarta : EGC
Rukiyah Ai Yeyeh.2010.Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan.Jakarta : Trans Info Media